Entri Populer

Kamis, 14 Juni 2012

RESENSI NOVEL TERE LIYE


RESENSI NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH
  


Disusun Oleh :
Fitriasari 1111016111157

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012


DATA BUKU
Description: Description: Description: http://a69014.files.wordpress.com/2010/03/moga-bunda-disayang-allah.gif?w=450
Judul                           : Moga Bunda Disayang Allah
No. ISBN                    : 979321079-b
Penulis                         : Tere Liye
Penerbit                       : Republika
Tempat terbit               : Jakarta
Cetakan ke-                 : IX
Tahun Terbit                : Mei 2011
Jumlah Halaman          : 306
Tebal buku                  : vi + 306 halaman
Dimensi (PxL)             : 20,5 x 13,5 cm
 Bahasa                        : Indonesia
Harga Buku                 : Rp45.000,00.


ISI RESENSI
Pembukaan
  • Topik atau Masalah
Melati seorang gadis kecil yang buta, tuli dan bisu dikehidupannya hanya ada kegelapan dan kekosongan. Berbagai macam cara dilakukan oleh keluarganya agar Melati dapat hidup normal terwujudkan atas bantuan dari Karang.
  • Biografi
Tere Liye merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa India dengan arti : untukmu, untuk-Mu. Tere-Liye Lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah menghasilkan 14 buah novel. Tere Liye selalu ingin mempersembahkan karya terbaiknya dengan sederhana dan tulus. Tere Liye lulus di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Bekerja keras, merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima-kasih itulah prinsip yang membuat Tere-Liye percaya, sejatinya kita sudah menggenggam kebahagiaan hidup ini. 
Tubuh Resensi
  • Sinopsis
Novel ini bercerita tentang gadis kecil bernama Melati yang terlahir sangat lucu menggemaskan, rambut ikalnya mengombak, pipinya tembam seperti donat, bola matanya hitam legam seperti biji buah leci dan giginya kecil-kecil bak gigi kelinci. Dia adalah anak seorang terpandang dan pemilik perusahaan yang cukup besar di suatu kota. Keluarga ini tinggal disebuah rumah mewah di perbukitan kota. Keluarganya sangat menyayangi Melati. Bunda dan Tuan HK adalah penghuni rumah tersebut. Tuan HK adalah seorang pembisnis yang memiliki pabrik besar pemproduksi barang-barang kebutuhan masyarakat. Disamping ramah dan dermawan keluarga ini mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat. Hal tersebut lebih di sebabkan karena akhlak beliau dan kontribusi keluarga Tuan HK dalam mengurangi pengangguran di kota tersebut selama berpuluh-puluh tahun. Tuan HK dan Bunda adalah pasangan yang serasi dan romantis. Dibalik keharmonisan tersebut, ada nilai kesabaran dan kesetiaan yang dibuktikan dengan berusahanya mereka menanti momongan selama tiga belas tahun lebih. Kebahagiaan itu datang seorang gadis bernama Melati hadir sebagai karunia Allah di tengah keluarga mereka.
Melati berumur enam tahun, tapi kebahagiaan itu sudah tiga tahun yang lalu pergi. Kejadian yang tak terduga terjadi saat Melati berumur tiga tahun. Pada saat itu keluarga Tuan HK berlibur ke pulau Mikronesia. Pulau yang sangat indah dengan sejuta pesona pantai dan laut. Melati gadis yang lucu menggemaskan terhentak dan terjatuh duduk tidak berdaya setelah sebuah piring terbang mengenai kepala imutnya. Saat terjatuh Melati mampu berdiri dan memeluk bundanya. Namun tidak disangka saat keluarganya sedang mempersiapkan akan pulang, tiba-tiba Melati terjatuh saat sedang berdiri. Dokter menyatakan bahwa Melati buta total dan tuli total sehingga otomatis bisu. Serasa di cabut nyawa mendadak, Bunda dan Tuan HK telah kehilangan nikmat Allah yang tak terhingga bagi anaknya. Disamping hal itu, otak belakang Melati terganggu yang berakibat hilangnya seluruh memori dan daya ingat miliknya. Melati seolah terlahir seperti bayi kembali tanpa ilmu pengetahuan. Dan yang lebih mengiris hati menerima kenyataan bahwa gadis kecil itu kehilangan jalan untuk mendapat pengetahuan yakni mata dan telinga. Yang ada di benaknya adalah gelap dan sunyi, dia tidak mengenal kosakata, tidak bisa membedakan benda, tidak bisa mengungkapkan emosi, tidak tahu mana Bunda dan Tuan HK dan dia belum mengenal penciptanya.
Melati menjadi seorang yang selalu marah, berteriak-teriak, melempar apa saja yang dipegangnya, memukul dan menjambak apa saja tanpa peduli apapun itu. Melati tidak memiliki akses untuk bisa mengenal dunia dan seisinya. Mata, telinga dan semua tertutup baginya. Melati tidak pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang ingin dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam bertahun-tahun itu akhirnya memuncak, menjadikan Melati menjadi frustasi dan sulit dikendalikan. Orang tuanya berusaha berbagai macam cara untuk bisa mengendalikan Melati. Psikiater dan  dokter anak-anak dari salah satu rumah sakit ternama Ibukota yang diundang oleh orang tuanya tidak berhasil mengendalikan Melati. Bahkan saat Melati ditempeli kertas-kertas medis, Melati menarik salah satu tangan dokter lalu menggigitnya sampai nyaris putus sehingga darah berceceran di lantai. Bunda HK sedih saat ada salah satu anggota tim dokter tenama itu berteriak kalau Melati tidak membutuhkan dokter, anak ini membutuhkan rumah sakit jiwa. Anak ini memang belum gila tapi keterbatasan ini suatu saat pasti akan membuatnya gila, dia membutuhkan terapi yang komprehensif.
Bunda HK merasa memiliki beban yang cukup berat karena takdir yang menimpa putri semata wayangnya. Rasa kasih Bunda yang tak terbatas kepada anak gadisnya terbukti sebagai alat ampuh yang dimiliki kaum hawa untuk menembus seperti apa yang disebut manusia awam dinding baja. Meski hanya bersenjatakan tangis dan doa, Bunda tak hentinya mengharap kesembuhan putrinya agar bisa mengucap sebuah kata, “Bunda”. Bunda berusaha menghapus kata “Tidak terkabul” dalam kamus Tuhan dengan mengirimkan pinta tulus tak berputus seorang Bunda bagi kesembuhan anaknya. Doa dan harapan terus dipanjatkan, berpilin menuju angkasa mengharap dikabulkan Sang Maha Kuasa. Namun asa jauh dari kenyataan, dan ketika semua telah mencapai titik jenuhnya Allah terus menunjukkan kasih sayangnya.
Bersamaan dengan itu, disalah satu rumah di pojokkan kota, Karang tertidur lagi. Ibu-ibu gendut itu hanya bisa mengelus-elus dada. Selalu begitu sejak tiga tahun lalu. Karang pergi keluar rumah malam-malam, pergi ke bar untuk minum-minum, pulang pagi, lalu tidur sampai malam lagi. Namun, yang ibu-ibu gendut itu tidak tahu adalah mimpi yang dialami oleh Karang. Hampir disetiap tidurnya Karang bermimpi sesuatu yang sama. Ia bermimpi tentang kejadian tiga tahun yang lalu. Kejadian yang membuatnya nyaris dipenjara.
Karang seorang pemuda gagah yang amat mencintai anak-anak. Semasa kecilnya sudah yatim piatu dan mempunyai kehidupan yang kurang beruntung. Tetapi Karang kecil mempunyai tekad yang amat kuat untuk menjadikan kehidupannya sendiri lebih baik. Setelah tumbuh menjadi pemuda yang pintar, dia menularkan janji-janji kehidupan yang lebih baik kepada anak-anak di sekitarnya yang kurang beruntung. Ia bersama teman-temannya mendirikan belasan taman bacaan. Suatu ketika Karang mengajak anak-anak asuhan taman bacaan itu berlayar dan Karang tidak tahu kalau badai hampir datang. Ketika mereka hampir pulang, badai menghantam. Dari 30 anak yang pergi, hanya 12 anak yang selamat. Salah seorang anak yang tidak selamat adalah Qintan. Qintan pergi dipelukannya. Qintan dulunya adalah seorang anak yang lumpuh dari pinggang ke bawah. Namun, karena cerita dari Karang, tumbuhlah keinginan yang amat sangat dalam diri Qintan. Membuatnya bisa berdiri dan berlari tanpa bantuan dari tongkat. Bersamaan dengan kejadian tenggelamnya kapal itu, keluarga HK (keluarganya Melati) sedang berlibur ke pantai Mikronesia yang menyebabkan  Melati yang lucu menjadi buta, tuli dan bisu.
Sepucuk surat datang ke kamar pemuda yang suka mabuk itu. Surat itu berasal dari Bunda kepada Karang. Atas dasar seorang dokter cantik bernama Kinasih yang baru saja menamatkan sekolah kedokterannya, Bunda mengirim surat kepada Karang. Suatu hari Bunda mendatangi Karang ke rumahnya. Alangkah terkejutnya Bunda melihat garangnya wajah Karang, rambut panjang yang tidak potong, dan sikap kasar kepadanya. Tapi itu tak menyurutkan Bunda untuk terus meminta, meminta agar Karang mau melihat Melati dan mau membantunya mengobati Melati dengan cara apapun dan dengan syarat apapun. Bunda meminta tolong dengan sangat agar Karang membantu putri semata wayangnya. Melati yang berusia enam tahun tapi buta, tuli, dan bisu, agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Bunda yang mengetahui tentang Karang dalam menangani anak-anak, sangat berharap kondisi Melati bisa mempunyai kehidupan yang lebih baik. Hati karang masih tetap keras seperti karang di laut, ia menolak dan mengusir Bunda dari gubuknya.
Perjuangan Melati dimulai setelah Bunda menemukan Pak Guru Karang yang akhirnya mau membantu anaknya. Karang merupakan pemuda yang tidak punya latar belakang pendidikan. Namun dia memiliki sesuatu yang bahkan tidak setiap orang dengan latar belakang pendidikan memilikinya. Dalam buku ini, Karang diceritakan mampu ikut merasakan perasaan anak-anak yang berdiri di depannnya, di dekatnya dan dengan sentuhannya yang pandai menyenangkan anak-anak. Karang mampu berempati dengan sangat dalam pada apa yang dirasakan Melati. Kehidupan Melati hanya melihat gelap, hitam kosong tanpa warna. Disekelilingnya Melati hanya merasakan senyap sepi, tak ada nada.
Perjuangan belajar seorang buta tuli ini tidak mudah karena diajar oleh seorang yang sedang bermasalah dengan kenangan masa lalunya. Karang sebenarnya hampir kehilangan semangat hidupnya setelah 18 anak didiknya tewas dalam kecelakaan perahu. Perasaan bersalah itu menjadikannya hancur, menjadi pemabuk, hidup di malam hari, kehidupannya benar-benar hancur. Dia bahkan hampir tidak berminat ketika Bunda HK memintanya untuk membimbing Melati. Tapi demi cintanya terhadap anak-anak, Karang akhirnya datang memenuhi permintaan Bunda HK.
Tidak mudah untuk menemukan metode pengajaran bagi Melati. Bagaimana caranya Melati bisa mendengar apa yang dikatakan Karang, bagaimana caranya Melati bisa melihat, bahkan untuk menangis saja Melati tidak bisa menemukan kosakata yang benar. Dunia Melati benar-benar gelap. Melati tidak mempunyai akses untuk tahu, tidak mempunyai cara untuk mengenal apa yang ingin dia kenal. Melati menurut aturan umum disebut sebagai seorang anak yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan, pendengaran, dan ucapan. Namun Tuhan berkata lain. Melati memiliki kelebihan yang luar biasa dibanding anak-anak pada umumnya. Rasa ingin tahunya besar akan keadaan sekelilingnya sehingga dia mudah merasa marah karena ketidaktahuan yang dimilikinya kecuali kegelapan dan kekosongan.
Cara mengajar Karang tidak disetujui oleh Tuan HK. Karang akhirnya diusir dari rumah itu. Namun, sebelum Karang pergi, Karang mengatakan sesuatu yang mengagetkan Bunda HK. Karang menceritakan secara detail kejadian yang menyebabkan Melati cacat. Padahal, kejadian itu hanya diketahui oleh keluarga HK dan para pembantu mereka. Akhirnya Karang diterima oleh Tuan HK. Selama lima hari Karang  berusaha mengajarkan Melati satu hal yaitu memakai sendok. Melatih Melati saja membutuhkan waktu yang sangat lama. Saat Karang menyuruh Melati untuk makan dengan menggunakan sendok, Melati melempar sendoknya dan makanannya. Karang berkali-kali juga mengancam Melati bahwa tidak akan ada sarapan jika Melati terus membantingnya. Karang akhirnya  menyeret Melati dengan kasar, namun cengkeraman Karang terlepas sehingga Melati berhasil meloloskan diri dan berlari. Melati melakukan hal ini sama seperti anak normal lainnya yang berusaha menghindar dari hukuman.
Melati terjatuh, kaki Melati tersangkut sandal kepala kelincinya sendiri. Tubuh kecil itu terbanting tanpa ampun dilantai. Namun, Melati tidak menangis. Sejak tiga tahun lalu ia kehilangan kosa-kata menangis. Ia tidak mengerti apa itu menangis, tidak pernah melihat dan mendengarkan orang menangis, jadi bagaimana Melati akan meniru menangis. Bunda yang memperhatikan melati dari kejauhan tidak dapat menolong, bunda hanya berbisik lemah agar Melati bertahan dan bersabar.
Dihari kelima, Salamah iseng-iseng membereskan kamar Karang. Salamah menemukan botol minuman keras dekat bantal di dalam kamar Karang. Salamah lalu memberitahu Tuan HK. Akhirnya Tuan HK mengusir Karang. Awalnya, Karang memohon-mohon untuk dibiarkan tetap tinggal, bahkan sampai berjanji tidak akan mabuk lagi. Namun, Tuan HK tetap mengusir Karang. Karena ada urusan, Tuan HK pergi ke perusahaannya dan terpaksa pergi ke Jerman. Setelah Tuan HK pergi, Karang dipanggil oleh Bunda HK saat Melati tiba-tiba makan menggunakan sendok. Selama Tuan HK pergi selama tiga minggu, Karang berusaha  mengajarkan Melati apapun. Selama sembilan belas hari, Karang hanya bisa mengajarkan Melati untuk makan sambil duduk. Karang hampir putus asa mencari cara untuk mengajarkan Melati.
Melati tidak bisa melihat, mendengar, ataupun bicara. Bahkan Karang telah mencoba merangsang Melati dengan api. Keesokkan harinya ketika Karang sarapan, tiba-tiba datanglah Tuan HK. Karena Bunda HK tidak memberitahu Tuan HK tentang kemajuan Melati, Tuan HK marah karena masih ada Karang di rumah tersebut. Dalam keramaian, Melati yang terlupakan keluar rumah. Ketika semua orang tersadar, Melati sedang bermain air di luar rumah karena saat itu sedang hujan. Disaat itulah syaraf Melati terangsang. Sejak saat itu, Karang tidak kesulitan untuk memberitahu Melati tentang apapun dengan cara ‘menulis’ di telapak tangan melati. Beberapa minggu kemudian, Karang memutuskan untuk kembali ke ibukota untuk meneruskan usahanya dalam hal taman bacaan bersama Kinasih.
  • Penilaian
    • Kelebihan
Pengarang menciptakan karakter Melati, Bunda dan Karang dalam sosok masing-masing yang tidak bisa dibedakan mana yang lebih pantas disebut sebagai tokoh utama. Di sini benar-benar terasa adanya tiga tokoh utama yang memiliki kedudukan sama sebagai agen penderita, agen perubahan, dan agen pencerahan. Menyadarkan kita bahwa manusia dalam kedudukannya sendiri-sendiri sebenarnya sedang melakoni peran penting dalam kehidupan nyata.
Cerita ini menyuguhkan perjuangan hidup yang tidak mudah yang dialami oleh anak-anak. Baik itu Karang yang yatim piatu maupun Melati dengan segala kekurangannya. Namun ada satu kesamaan antara mereka, anak-anak selalu punya janji masa depan yang lebih baik.
Penulis berulang kali mengungkapkan kalimat yang mengingatkan pembaca untuk bersabar dan bersyukur “Hidup ini adil, sungguh Allah Maha Adil, kitalah yang terlalu bebal sehingga tidak tahu dimana letak keadilanNya, namun bukan berarti Allah tidak adil”.
    • Kekurangan
Cerita ini ditulis dalam gaya bahasa sehari-hari yang tidak baku. Penggunaan berulang-ulang kosakata yang tidak baku serta kalimat tambahan yang tidak perlu mengganggu kenyamanan dalam membaca. Seperti penggunaan kata “ibu-ibu gemuk” yang artinya menunjuk pada seorang ibu yang bertubuh subur dan kata “anak-anak” untuk penunjukan kata benda seorang anak. Novel ini sangat bagus untuk menjadi inspirasi, namun sayangnya, novel ini memakai alur cerita yang cukup membingungkan, membuat novel ini susah dibuat sinopsisnya.
Pilihan penulis dalam penempatan setting dan kegiatan pendukung dalam novel terasa kurang tepat. Dalam novel semua tokoh digambarkan sebagai orang-orang muslim dengan segala aktivitas dan atribut mereka, namun pada akhir cerita penulis menciptakan suasana pesta kembang api yang dirayakan pada tahun baru Imlek oleh masyarakat termasuk para tokoh novel. Alih-alih menyebutkan secara jelas kota atau negara terjadinya peristiwa dalam novel, sejak awal penulis hanya menyebutkan tempat-tempat semu “rumah di atas bukit”, “daerah jauh dari ibukota”, “Tuan dan Bunda HK”. Jadi tidak terlihat jelas keberagaman budaya atau mayoritas budaya penduduk yang ada di daerah tempat tinggal tokoh Melati, sehingga kurang ada alasan tepat jika penulis dengan tiba-tiba memasukkan salah satu kegiatan tahunan keluarga Melati adalah merayakan tahun baru China. 
PENUTUP
  • Sasaran
Novel ini sangat cocok dibaca oleh semua kalangan, baik remaja maupun orangtua karena didalam novel Moga Bunda Disayang Allah akan membuat anda lebih mencintai Allah dan hamba-hamba-Nya.
  • Manfaat
Dari kisah ini terkandung pelajaran yang sangat dalam, diilhami dari cerita pendek Helen Keller. Helen tidak mendapatkan kesembuhan sama sekali dari buta tulinya. Begitupun Melati. Namun mereka bisa memberikan dan menghasilkan sesuatu yang tidak bisa dihasilkan oleh orang yang normal seperti kita. Semangat dan keinginan kuat untuk mewujudkan cita-cita, itulah kekuatan mereka. Kita tidak harus mendapatkan sesempurna apa yang kita inginkan. Justru ketidaksempurnaan kisah kitalah yang menjadikan kita bisa merasakan manisnya perjuangan dan makna dukungan keluarga. Dan kita bisa merasakan ketulusan doa untuk Ibu yang tak pernah putus cintanya. Sehingga novel ini sangat bermanfaat sekali dibaca.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar