RESENSI NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH
Disusun Oleh :
Fitriasari
1111016111157
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
DATA BUKU
Judul : Moga Bunda
Disayang Allah
No. ISBN :
979321079-b
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tempat
terbit : Jakarta
Cetakan ke- : IX
Tahun Terbit : Mei – 2011
Jumlah Halaman : 306
Tebal
buku : vi + 306 halaman
Dimensi (PxL) : 20,5 x 13,5 cm
Bahasa : Indonesia
Harga Buku : Rp45.000,00.
ISI RESENSI
Pembukaan
- Topik atau Masalah
Melati seorang gadis kecil yang buta, tuli dan bisu dikehidupannya hanya
ada kegelapan dan kekosongan. Berbagai macam cara dilakukan oleh keluarganya
agar Melati dapat hidup normal terwujudkan atas bantuan dari Karang.
- Biografi
Tere Liye merupakan nama pena dari
seorang novelis yang diambil dari bahasa India dengan arti : untukmu, untuk-Mu. Tere-Liye
Lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah menghasilkan 14 buah novel. Tere Liye selalu ingin mempersembahkan karya terbaiknya dengan sederhana dan tulus. Tere Liye lulus di Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Bekerja keras, merasa
cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan
berterima-kasih itulah prinsip yang membuat Tere-Liye
percaya, sejatinya kita sudah menggenggam kebahagiaan hidup ini.
Tubuh
Resensi
- Sinopsis
Novel ini bercerita tentang gadis kecil bernama
Melati yang terlahir sangat lucu menggemaskan, rambut ikalnya mengombak,
pipinya tembam seperti donat, bola matanya hitam legam seperti biji buah leci dan giginya kecil-kecil bak gigi kelinci. Dia adalah anak seorang terpandang dan pemilik perusahaan yang cukup besar di suatu kota. Keluarga ini tinggal disebuah rumah mewah di
perbukitan kota. Keluarganya
sangat menyayangi Melati. Bunda
dan Tuan
HK adalah penghuni rumah tersebut. Tuan HK adalah seorang pembisnis yang memiliki pabrik besar pemproduksi
barang-barang kebutuhan masyarakat. Disamping ramah dan dermawan keluarga ini
mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat. Hal tersebut lebih di sebabkan
karena akhlak beliau dan kontribusi keluarga Tuan HK dalam mengurangi pengangguran
di kota tersebut selama berpuluh-puluh tahun. Tuan HK dan Bunda adalah pasangan yang serasi dan romantis. Dibalik keharmonisan tersebut, ada
nilai kesabaran dan kesetiaan yang dibuktikan dengan berusahanya mereka menanti momongan selama tiga belas tahun lebih. Kebahagiaan
itu datang seorang gadis bernama
Melati hadir
sebagai karunia
Allah di tengah keluarga mereka.
Melati berumur enam
tahun, tapi kebahagiaan itu sudah tiga tahun yang lalu pergi. Kejadian yang tak
terduga terjadi saat Melati berumur tiga tahun. Pada saat itu keluarga Tuan HK
berlibur ke pulau Mikronesia. Pulau yang sangat indah dengan sejuta pesona
pantai dan laut. Melati gadis yang lucu menggemaskan terhentak dan terjatuh
duduk tidak berdaya setelah sebuah piring terbang mengenai kepala imutnya. Saat
terjatuh Melati mampu berdiri dan memeluk bundanya. Namun tidak disangka saat
keluarganya sedang mempersiapkan akan pulang, tiba-tiba Melati terjatuh saat
sedang berdiri. Dokter menyatakan bahwa Melati buta total dan tuli total
sehingga otomatis bisu. Serasa di cabut nyawa mendadak, Bunda dan Tuan HK telah kehilangan nikmat Allah
yang tak terhingga bagi anaknya. Disamping hal itu, otak
belakang Melati
terganggu yang berakibat hilangnya seluruh memori dan daya ingat miliknya. Melati seolah terlahir seperti bayi kembali
tanpa ilmu pengetahuan. Dan yang lebih mengiris hati menerima kenyataan bahwa
gadis kecil itu kehilangan jalan untuk mendapat pengetahuan yakni mata dan
telinga. Yang ada di benaknya adalah gelap dan sunyi, dia tidak mengenal
kosakata, tidak bisa membedakan benda, tidak bisa mengungkapkan emosi, tidak
tahu mana Bunda dan Tuan HK dan dia belum mengenal penciptanya.
Melati menjadi seorang
yang selalu marah, berteriak-teriak, melempar apa saja yang dipegangnya,
memukul dan menjambak apa saja tanpa peduli apapun itu. Melati tidak
memiliki akses untuk bisa mengenal dunia dan seisinya. Mata, telinga dan semua
tertutup baginya. Melati tidak pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang
ingin dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam bertahun-tahun itu akhirnya memuncak, menjadikan
Melati menjadi frustasi dan sulit dikendalikan. Orang tuanya berusaha berbagai
macam cara untuk bisa mengendalikan Melati. Psikiater dan dokter anak-anak dari salah satu rumah sakit
ternama Ibukota yang diundang oleh orang tuanya tidak berhasil
mengendalikan Melati. Bahkan
saat Melati ditempeli kertas-kertas medis, Melati menarik salah satu tangan
dokter lalu menggigitnya sampai nyaris putus sehingga darah berceceran di
lantai. Bunda HK sedih saat ada salah satu anggota tim dokter tenama itu
berteriak kalau Melati tidak membutuhkan dokter, anak ini membutuhkan rumah
sakit jiwa. Anak ini memang belum gila tapi keterbatasan ini suatu saat pasti
akan membuatnya gila, dia membutuhkan terapi yang komprehensif.
Bunda HK
merasa memiliki beban yang cukup berat karena takdir yang menimpa putri semata
wayangnya. Rasa kasih Bunda yang tak terbatas kepada anak gadisnya terbukti
sebagai alat ampuh yang dimiliki kaum hawa untuk menembus seperti
apa yang disebut manusia awam dinding baja. Meski hanya bersenjatakan tangis dan
doa, Bunda tak hentinya mengharap kesembuhan putrinya agar bisa mengucap sebuah
kata, “Bunda”. Bunda berusaha menghapus kata “Tidak
terkabul” dalam kamus Tuhan dengan mengirimkan pinta tulus tak berputus seorang
Bunda bagi kesembuhan anaknya. Doa dan
harapan terus dipanjatkan, berpilin menuju angkasa mengharap dikabulkan Sang
Maha Kuasa. Namun asa jauh dari kenyataan, dan ketika semua telah mencapai
titik jenuhnya Allah terus menunjukkan kasih sayangnya.
Bersamaan
dengan itu, disalah satu rumah di pojokkan kota, Karang tertidur lagi. Ibu-ibu
gendut itu hanya bisa mengelus-elus dada. Selalu begitu sejak tiga tahun lalu. Karang pergi keluar
rumah malam-malam, pergi ke bar untuk minum-minum, pulang pagi,
lalu
tidur sampai malam lagi. Namun, yang ibu-ibu gendut itu tidak tahu adalah
mimpi yang dialami oleh Karang. Hampir disetiap tidurnya Karang bermimpi
sesuatu yang sama. Ia bermimpi tentang kejadian tiga tahun yang lalu. Kejadian yang membuatnya
nyaris dipenjara.
Karang seorang pemuda gagah yang amat
mencintai anak-anak. Semasa kecilnya sudah yatim piatu dan mempunyai kehidupan
yang kurang beruntung. Tetapi Karang kecil mempunyai tekad yang amat kuat untuk
menjadikan kehidupannya sendiri lebih baik. Setelah tumbuh menjadi pemuda yang
pintar, dia menularkan janji-janji kehidupan yang lebih baik kepada anak-anak
di sekitarnya yang kurang beruntung. Ia bersama teman-temannya mendirikan
belasan taman bacaan. Suatu
ketika Karang
mengajak anak-anak asuhan taman bacaan itu berlayar dan Karang tidak tahu kalau badai hampir datang.
Ketika mereka hampir pulang, badai menghantam. Dari 30 anak yang pergi, hanya
12 anak yang selamat. Salah seorang anak yang tidak selamat adalah Qintan. Qintan pergi dipelukannya.
Qintan dulunya adalah seorang anak yang lumpuh dari pinggang ke bawah. Namun,
karena cerita dari Karang, tumbuhlah keinginan yang amat sangat dalam diri
Qintan. Membuatnya bisa berdiri dan berlari tanpa bantuan dari tongkat. Bersamaan
dengan kejadian tenggelamnya kapal itu, keluarga HK (keluarganya Melati) sedang
berlibur ke pantai Mikronesia yang menyebabkan
Melati yang lucu menjadi buta, tuli dan bisu.
Sepucuk surat datang ke kamar pemuda yang suka
mabuk itu.
Surat
itu berasal dari
Bunda
kepada Karang.
Atas dasar seorang dokter cantik
bernama Kinasih yang baru saja menamatkan sekolah
kedokterannya, Bunda
mengirim surat kepada Karang. Suatu hari Bunda mendatangi Karang ke rumahnya. Alangkah
terkejutnya Bunda melihat garangnya wajah Karang, rambut panjang yang tidak
potong, dan sikap kasar kepadanya. Tapi
itu tak menyurutkan Bunda
untuk terus meminta,
meminta agar Karang
mau melihat Melati dan mau membantunya mengobati Melati dengan cara apapun dan dengan syarat apapun. Bunda meminta
tolong dengan sangat agar Karang membantu putri semata wayangnya. Melati yang berusia enam tahun tapi buta, tuli, dan bisu,
agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Bunda
yang mengetahui tentang
Karang dalam menangani anak-anak, sangat berharap kondisi Melati bisa mempunyai
kehidupan
yang lebih baik. Hati
karang masih tetap keras seperti karang di laut, ia menolak dan mengusir Bunda dari gubuknya.
Perjuangan
Melati dimulai setelah Bunda menemukan Pak Guru Karang yang akhirnya mau membantu anaknya. Karang merupakan pemuda yang tidak
punya latar belakang pendidikan.
Namun dia memiliki sesuatu yang bahkan tidak setiap orang dengan latar belakang pendidikan memilikinya. Dalam buku ini, Karang
diceritakan mampu ikut merasakan perasaan anak-anak yang berdiri di depannnya, di dekatnya
dan dengan sentuhannya yang pandai menyenangkan anak-anak. Karang
mampu berempati dengan sangat dalam pada apa yang dirasakan Melati. Kehidupan Melati hanya melihat gelap, hitam kosong tanpa warna. Disekelilingnya Melati hanya merasakan senyap sepi,
tak ada nada.
Perjuangan
belajar seorang buta tuli ini tidak mudah karena diajar oleh seorang yang
sedang bermasalah dengan kenangan masa lalunya. Karang
sebenarnya hampir kehilangan semangat hidupnya setelah 18 anak didiknya tewas
dalam kecelakaan perahu. Perasaan bersalah itu menjadikannya hancur, menjadi
pemabuk, hidup di malam hari, kehidupannya benar-benar hancur.
Dia bahkan hampir tidak berminat ketika Bunda HK memintanya untuk
membimbing Melati. Tapi demi cintanya terhadap anak-anak, Karang akhirnya datang memenuhi
permintaan Bunda HK.
Tidak
mudah untuk menemukan metode pengajaran bagi Melati. Bagaimana caranya Melati
bisa mendengar apa yang dikatakan Karang, bagaimana caranya Melati bisa melihat, bahkan untuk menangis saja Melati
tidak bisa menemukan kosakata yang benar. Dunia Melati benar-benar gelap.
Melati tidak mempunyai akses untuk tahu, tidak mempunyai cara untuk mengenal
apa yang ingin dia kenal. Melati
menurut aturan umum disebut sebagai seorang anak yang memiliki keterbatasan
dalam penglihatan, pendengaran, dan ucapan. Namun Tuhan berkata lain. Melati
memiliki kelebihan yang luar biasa dibanding anak-anak pada umumnya. Rasa ingin
tahunya besar akan keadaan sekelilingnya sehingga dia mudah merasa marah karena
ketidaktahuan yang dimilikinya kecuali kegelapan dan kekosongan.
Cara
mengajar Karang tidak disetujui oleh Tuan HK. Karang akhirnya diusir dari rumah itu. Namun, sebelum
Karang pergi, Karang mengatakan sesuatu yang mengagetkan Bunda HK. Karang
menceritakan secara detail kejadian yang menyebabkan Melati cacat. Padahal,
kejadian itu hanya diketahui oleh keluarga HK dan para pembantu mereka.
Akhirnya Karang diterima oleh Tuan HK. Selama lima hari
Karang berusaha mengajarkan Melati satu hal yaitu memakai sendok. Melatih Melati saja membutuhkan waktu yang sangat
lama. Saat Karang menyuruh Melati untuk makan dengan menggunakan sendok, Melati
melempar sendoknya dan makanannya. Karang berkali-kali juga mengancam Melati
bahwa tidak akan ada sarapan jika Melati terus membantingnya. Karang akhirnya menyeret Melati dengan kasar, namun
cengkeraman Karang terlepas sehingga Melati berhasil meloloskan diri dan
berlari. Melati melakukan hal ini sama seperti anak normal lainnya yang
berusaha menghindar dari hukuman.
Melati
terjatuh, kaki Melati tersangkut sandal kepala kelincinya sendiri. Tubuh kecil
itu terbanting tanpa ampun dilantai. Namun, Melati tidak menangis. Sejak tiga
tahun lalu ia kehilangan kosa-kata menangis. Ia tidak mengerti apa itu
menangis, tidak pernah melihat dan mendengarkan orang menangis, jadi bagaimana
Melati akan meniru menangis. Bunda yang memperhatikan melati dari kejauhan
tidak dapat menolong, bunda hanya berbisik lemah agar Melati bertahan dan
bersabar.
Dihari
kelima, Salamah iseng-iseng membereskan kamar Karang. Salamah menemukan botol minuman keras dekat bantal di
dalam kamar Karang. Salamah lalu memberitahu Tuan HK. Akhirnya Tuan
HK mengusir Karang. Awalnya, Karang memohon-mohon untuk dibiarkan tetap tinggal, bahkan sampai berjanji
tidak akan mabuk lagi. Namun, Tuan HK tetap mengusir Karang. Karena ada urusan,
Tuan HK pergi ke perusahaannya dan terpaksa pergi ke Jerman. Setelah Tuan HK
pergi, Karang dipanggil oleh Bunda HK saat Melati tiba-tiba makan menggunakan sendok. Selama
Tuan HK pergi selama
tiga minggu, Karang berusaha mengajarkan Melati apapun. Selama sembilan belas hari, Karang hanya
bisa mengajarkan Melati untuk makan sambil duduk. Karang hampir putus asa
mencari cara untuk mengajarkan Melati.
Melati tidak bisa melihat, mendengar,
ataupun bicara. Bahkan Karang telah mencoba merangsang Melati dengan api.
Keesokkan harinya ketika Karang sarapan, tiba-tiba datanglah Tuan HK. Karena
Bunda HK tidak memberitahu Tuan HK tentang kemajuan Melati, Tuan HK marah
karena masih ada Karang di rumah tersebut. Dalam keramaian, Melati yang
terlupakan keluar rumah. Ketika semua orang tersadar, Melati sedang bermain air
di luar rumah karena saat itu sedang hujan. Disaat itulah syaraf Melati terangsang. Sejak saat itu,
Karang tidak kesulitan untuk memberitahu Melati tentang apapun dengan cara
‘menulis’ di telapak tangan melati. Beberapa minggu kemudian, Karang memutuskan
untuk kembali ke ibukota untuk meneruskan usahanya dalam hal taman bacaan
bersama Kinasih.
- Penilaian
- Kelebihan
Pengarang
menciptakan karakter Melati, Bunda dan Karang dalam sosok masing-masing yang
tidak bisa dibedakan mana yang lebih pantas disebut sebagai tokoh utama. Di
sini benar-benar terasa adanya tiga tokoh utama yang memiliki kedudukan sama
sebagai agen penderita, agen perubahan, dan agen pencerahan. Menyadarkan kita
bahwa manusia dalam kedudukannya sendiri-sendiri sebenarnya sedang melakoni
peran penting dalam kehidupan nyata.
Cerita ini
menyuguhkan perjuangan hidup yang tidak mudah yang dialami oleh anak-anak. Baik
itu Karang yang yatim piatu maupun Melati dengan segala kekurangannya. Namun
ada satu kesamaan antara mereka, anak-anak selalu punya janji masa depan yang
lebih baik.
Penulis
berulang kali mengungkapkan kalimat yang mengingatkan pembaca untuk bersabar
dan bersyukur “Hidup ini adil, sungguh Allah Maha Adil, kitalah yang terlalu
bebal sehingga tidak tahu dimana letak keadilanNya, namun bukan berarti Allah
tidak adil”.
- Kekurangan
Cerita ini ditulis dalam gaya bahasa
sehari-hari yang tidak baku. Penggunaan berulang-ulang kosakata yang tidak baku
serta kalimat tambahan yang tidak perlu mengganggu kenyamanan dalam membaca.
Seperti penggunaan kata “ibu-ibu gemuk” yang artinya menunjuk pada seorang ibu
yang bertubuh subur dan kata “anak-anak” untuk penunjukan kata benda seorang
anak. Novel ini sangat bagus untuk menjadi inspirasi, namun sayangnya, novel ini memakai alur
cerita yang cukup membingungkan, membuat novel ini susah dibuat sinopsisnya.
Pilihan
penulis dalam penempatan setting dan kegiatan pendukung dalam novel terasa
kurang tepat. Dalam novel semua tokoh digambarkan sebagai orang-orang muslim
dengan segala aktivitas dan atribut mereka, namun pada akhir cerita penulis
menciptakan suasana pesta kembang api yang dirayakan pada tahun baru Imlek oleh
masyarakat termasuk para tokoh novel. Alih-alih menyebutkan secara jelas kota
atau negara terjadinya peristiwa dalam novel, sejak awal penulis hanya
menyebutkan tempat-tempat semu “rumah di atas bukit”, “daerah jauh dari
ibukota”, “Tuan dan Bunda HK”. Jadi tidak terlihat jelas keberagaman budaya
atau mayoritas budaya penduduk yang ada di daerah tempat tinggal tokoh Melati,
sehingga kurang ada alasan tepat jika penulis dengan tiba-tiba memasukkan salah
satu kegiatan tahunan keluarga Melati adalah merayakan tahun baru China.
PENUTUP
- Sasaran
Novel ini sangat cocok dibaca oleh semua kalangan, baik remaja maupun
orangtua karena didalam novel Moga Bunda Disayang Allah akan membuat anda lebih
mencintai Allah dan hamba-hamba-Nya.
- Manfaat
Dari
kisah ini terkandung pelajaran yang sangat dalam, diilhami dari cerita pendek Helen Keller. Helen tidak mendapatkan kesembuhan
sama sekali dari buta tulinya. Begitupun Melati. Namun mereka bisa memberikan
dan menghasilkan sesuatu yang tidak bisa dihasilkan oleh orang yang normal
seperti kita. Semangat dan keinginan kuat untuk mewujudkan cita-cita, itulah
kekuatan mereka. Kita tidak harus mendapatkan sesempurna apa yang kita
inginkan. Justru ketidaksempurnaan kisah kitalah yang menjadikan kita bisa
merasakan manisnya perjuangan dan makna dukungan keluarga. Dan kita bisa
merasakan ketulusan doa untuk Ibu yang tak pernah putus cintanya. Sehingga novel ini sangat
bermanfaat sekali dibaca.